Bersenang senang di Serang
Long wiken Shincia 2016
kemarin member #roadtrip & #WaterFallHunter kami harus kurang komplit dikarenakan anak
lanang gak bisa gabung karena harus menghadiri pelantikan dirinya sebagai ketua OSIS. Akhirnya kami jalan berdua saja, sambil berkata sedih dalam hati, akhirnya masa itu tiba. Masa ketika anak lanang sudah besar dan susah untuk diajak pergi bersama
Kebetulan hari itu juga kami harus menghadiri acara meeting keluarga dalam mempersiapkan pernikahan sepupu yang
mendapatkan pujaan hatinya gadis asli Serang Banten. Jadilah kami bersenang-senang di Serang mencari tempat tujuan wisata yang bisa kami kunjungi dan hunting kuliner yang
bisa kami nikmati.
Menu pertama kami jatuh pada Bubur Setan, Konon karena hanya keluar/hanya berjualan malam hari bubur ini dinamakan Bubur Setan. Secara usia Bubur Setan ini boleh dikatakan lejen karena saat saya hamil, salah satu makanan ngidam saya adalah bubur ini. Sementara usia anak lanangku kini 14 tahun. Lejen kan?
Secara
bentuk penampilan dan sajiannya bubur ini tidak berbeda dengan bubur yang
lainnya seperti suwiran ayam, cakwe, daun bawang, dan emping. Namun soal rasa terasa
sangat gurih, dan tingkat kekenyalannya sangat pas tidak lembek dan tidak keras
mungkin pemilhan beras bahan baku bermutu baik
dan waktu menanaknya sangat pas.
Kalo pesan satu porsi dianggap terlalu banyak, bisa juga pesan separuh dan bisa juga ditambah kuning telur mentah yang nantinya akan matang disiram bubur panas
Setelah bersantap bubur
Setan saya bergeser sedikit menuju Nasi bakar Sum-sum.
Nasi gurih agak sedikit
pedas yang didalamnya terdapat sumsum sapi terbungkus daun yang dibakar dulu
hingga penyajiannya masih hangat ini juga makanan khas di Pasar Lama Serang ini
Bubur
sudah, nasi bakar sudah, namun tidak lengkap rasanya jika jajan di Serang tanpa makan Rabek.
Rabek sebenarnya adalah semur cair yang bercitarasa tidak terlalu manis. Kerap disajikan bersama nasi uduk. Bisa langsung disiramkan ke atas nasi uduk, atau di dalam mangkuk dimakan seperti layaknya sup.
Pagi usai berakfast saatnya perjalanan berburu wisata air dimulai, Target pertama adalah air terjun atau curug Cigumawang. Karena kami menginap di kota Cilegon, di daerah Palm Hills, kami ambil jalur Anyer menuju daerah Padarincang yang masuk wilayah Kabuputan Serang. Dari Cilegon, angka di GPS menunjukkan 42km perjalanan menuju Curug Cigumawang. Memang memutar, karena dari kota Serang sendiri, jarak ke Curug Cigumawang hanya 25 kiloan. Tapi karena kami niatnya memang jalan-jalan dan bersenang-senang, tidak ada salahnya melewati daerah wisata seperti Anyer sambil melihat kesibukan orang-orang yang menghabiskan liburan Imlek.
Selain beberapa pantai di Anyer yang ramai oleh pengunjung termasuk banyak bus pariwisata, perjalanan kami menuju Curug Cigumawang relatif lancar, dengan kondisi jalan yang pada saat kami lewati sepertinya kabupaten Serang sedang berbenah diri jadi banyak jalur buka tutup karena perbaikan jalan.
Belok kanan di pertigaan
menuju desa Kadu Bereum yang jalannya menanjak dan agak sempit jadi kalau bertemu
mobil dari arah sebaliknay kita harus menepi, tapi jangan khawatir jalan
tersebut cukup mulus. Hingga kita sampai di batas akhir jalan
atau parkiran mobil untuk para wisatawan curug Cigumawang karena mobil tidak
dapat melanjutkan perjalanan ke atas selain terjal jalan tersebut juga lebih
kecil, Namun bagi yang touring dengan kendaraan roda dua masih bisa
melanjutkan hingga pintu masuk Curug.
Setelah kami parkir ada
beberapa penduduk desa yang menawarkan ojek karena memang jaraknya masih cukup
jauh dan menanjak. Dengan paket Rp. 20.000 per satu motor pulang pergi, kami melanjutkan dengan menggunakan motor ke atas dan janjian dengan tukang ojek
tersebut untuk dijemput kembali satu jam ke depan.
Sesampai di area curug pertama kali yang kami temui adalah pepohonan hijau dan rimbun serta hamparan tanah luas dengan kali kecil mengalir dan ini biasanya digunakan area camping bagi beberapa sekolah atau pecinta alam di daerah Banten.
Menuju lebih dekat lagi sudah ada beberapa warung makanan serta saung-saung tempat istirahat dan beberapa toilet atau tempat ganti pakaian
Pemandangan
awal yang kami kami lihat di hadapan kami di curug Gumawang adalah sebuah air
terjun yang tingi sekitar 35 meter terlihat gagah dengan deburan air yang keras
meluncur ke dasar kolam yang airnya berasal dari sungai Cibunar.
Di sampingnya
terdapat dua buah pancuran air dan beberapa aliran kecil merambat turun di batu
besar dan air ini merupakan air berning dan jernih karena berasal dari sumber
air dari bebatuan di atas bukit.
Sensasi saat
berada dikolam tersebut adalah suara gemuruh air yang keras serta angin yang
berhembus di kolam tersebut, Saran kami jika anda kesan jangan langsung berada
dibawah jatuhnya air karena curug ini sangat tinggi sehinga air yang jatuh
cukup sakit jika menimpa badan atau kepala kita, cukup jarak 1 atau ½
meter kita bisa merasakan jatuhnya air terjun seperti hujan yang sangat deras.
Usai puas berendam dan
refleksi badan dengan air terjun kami berbilas dengan air di kolam sebelahnya
yang sejuk dan jernih sekali, sebelum kami berganti pakaian. Segelas Teh hangat
menghangatkan kami sambil mendengarkan cerita ibu warung tentang Curug Gumawang
ini, menurut penjelasannya Curug ini dibuka sejak tahun 1987 dan dulu kedalaman
airnya bahkan setinggi pohon kelapa, karena banyaknya material batu, pasir dari
sungai Ciburai diatas kini kolam menjadi dangkal.
Tentang kenapa bernama Curug
Cigumawang karena dulu penduduk sekitar
melihatnya seperti bentuk bawang atau dalam bahasa Sunda Banten jatuh gumawang,
ditambahkan lagi oleh si Ibu warung bahwa curug ini masih dikelola sendiri oleh
penduduk sekitar dan belum ada campur tangan dari pemda setempat.
Satu jam sudah kami di curug Cigumawang dan
sesuai dengan janji bergegas kembali ke atas untuk
diantarkan ke parkiran mobil.
Perjalanan
berikutnya adalah berendam air panas di Batu Kuwung yang masih satu wilayah
dengan curug Cigamawang di kecamatan Padarincang, yakni berjarak sekitar 5km arah Pandeglang.
Di perjalanan banyak sekali penjaja buah disekitar Padarincang dan satu yang
khas adalah Durian Padarincang yang warna daging orange dan rasanya legit dan manis, kami berhenti
sejenak untuk menikmati satu buah durian Padarincang dan membawa
pulang untuk anak lanang yang hobi sangat akan durian
Selesai menikmati durian Padarincang, kami berkendara sekitar 3km lagi dan akhirnya kami tiba di pemandian air panas Batu Kuwung.
Banyak yang ditawarkan di objek wisata air
panas Batu Kuwung ini yakni satu kolam berendam air panas yang panasnya sekitar
70-80 derajat celcius, namun tidak berbau belerang atau sulfur karena kolam air
panas ini berasal dari perut bumi yang mengandung yodium dan kalsium dan bukan
air panas dari gunung yang biasnaya berbau belerang.
Selain kolam air panas ini
di Batu kuwung terdapat dua kolam yang pertama adalah kolam anak dan kolam
dewasa dengan pancuran yang tingkat kedalamannya 60 cm - 100 cm, yang uniknya
air dikedua kolam ini sejuk dan tanpa berbu kaporit, adapun kegunaan kedua
kolam ini adalah untuk mentralkan suhu badan saat kita sehabis berendam di
kolam air panas.
Selain fasilitas ketiga
kolam tadi yang sudah pasti kita bisa nikmati dengan membayar tiket Rp. 12.500/orang.
Bagi yang ingin private disediakan pula kamar-kamar berendam seperi
kamar lux dan kamar berendam VVIP, dengan membayar lagi. Yang membedakan jenis-jenis kamar rendam tersebut adalah ukuran
luas kamar dan luas kolam berendamnya saja.
Berendam di air panas
menghilangkan penat, keletihan dan pegal-pegal badan kami, namun katanya air
ini panas disini juga dapat mengobati berbagai penyakit kulit. Berendam nyaman
menghilangkan segala pikiran apalagi dengan indahnya pemandangan sekitar dimana
batu kuwung berhadapan dengan gunung dan persawahan penduduk membuat pikiran
semakin rileks, tenang dan nyaman.
Setelah segar seluruh
badan dan pikiran dimanjakan dengan air hangat batu kuwung saatnya kami
melanjutkan perjalanan untuk pulang, waktu sudah beranjak siang meuju sore,
namun kami berdua menahan diri karena ada satu target tempat kuliner yang wajib
kami kunjungi sebelum pulang, Yakni rumah makan favorit kami Bu Entin di Jalan
raya Pandegelang dan rumah makan ini merupakan cabang dari Rumah makan bu entin
di Labuan yang terkenal dan sudah lebih lama.
Rumah makan ini menyajikan makanan sari laut segar yang lezat. Jangan kuatir tidak kebagian, atau tidak terlayani, meski kelihatannya penuh. Sebab di rumah makan ini, sistemnya seperti RM. Padang yang makanannya langsung dihidangkan tanpa kita harus memesan terlebih dahulu, jadi kita tidak perlu menunggu keluarnya makanan terlalu lama.
Apa saja yang diharapkan di RM Bu Entin? Wooho, sebentar, saya posting dulu foto-fotonya supaya bisa bercerita sendiri ya
Sajian sea food menggoda ini ditambah tiga macam sambal : terasi, tomat dan kecap plus peyek udang dan urap segar, sebentar saja sudah masuk ke perut, sebelum kami melanjutkan perjalanan pulang ke Bekasi.
Nikmatnya bersenang-senang di Serang
Mantap ya mbak... Tempatnya cozy sekali.. Terimakasih infonya ya.. Nice article
BalasHapus