Piknik ke Mojopait, eh Mojokerto
Saat mudik ke rumah di Surabaya alternatif pikniknya adalah :
menikmati suasana kota Surabaya itu sendiri, mencari udara yang agak sejuk ke Malang dan Batu, Atau menyebrangi jembatan Suramadu berburu kuliner khas Madura.
Sebenarnya ada beberapa tujuan wisata yang bertetangga dengan Surabaya yang dapat disinggahi
dengan perjalanan PP tanpa harus menginap. Salah satunya adalah Mojokerto, pusat kerajaan Majapahit dahulu.
Dari Surabaya kami niatkan berangkat pagi
hari untuk mengejar sarapan disana, menempuh jarak 50 km atau sekitar
kurang lebih 1,5 jam perjalanan, tibalah kami di tujuan pertama di Desa
Trowulan Mojokerto untuk menyantap Sambel Wader makanan khas desa tersebut.
Sambel Wader banyak tersedia warung-warung di
depan Kolam Segaran yaitu sebuah waduk besar wadah
penyimpanan air di masa Majapahit.
Menurut cerita, setiap ada perayaan kerajaan mereka
berpesta disana dan piring, sendok dan garpu yang terbuat dari emas dan perak bekas
makan mereka buang ke kolam tersebut untuk menunjukkan kemakmuran dan
kayanya kerajaan mereka. Ngeri. Hihihi.
Sekarang Kolam Segaran saat ini
hanya digunakan warga untuk berwisata dan memancing saja.
Balik lagi ke sambel wader
makanan ini adalah ikan goreng kecil-kecil berasal dari kali, dengan sambal
tomat lengkap dengan sayur lalap ditaruh dalam cobek dan disajikan dengan nasi
hangat.
Usai menyantap wader dan
menu lainnya seperti sambal udang dan aneka botok, kami pun menuju musieum
Mojopahit Trowulan yang letaknya hanya 100 meter dari kolam segaran,
Musium ini
menyimpan benda-benda cagar budaya peninggalan zaman Majapahit dari semua aspek
seperti pertanian, irigasi, arsitektur, perdagangan, industri, agama dan
kesenian pada zaman tersebut. Selain itu ada beberapa koleksi tanah liat,
keramik, logam, batu serta berbagai komponen relief, arca, candi dan fosil yang
berasal dari beberapa situs di Trowulan.
Disini Raafi dan Allysa (adik
sepupunya) melihat langsung sejarah mojopahit yang dipelajarinya disekolah saat
ini, sedangkan saya seperti napak tilas ilmu pengetahuan saat sekolah dulu
Setelah puas berkeliling
dan wefie kami melanjutkan menuju objek wisata padusan di Pacet.
Perjalanan dari Musium
menuju objek wisata pacet ada dua tempat situs yang dapat kita mampiri pada sat
perjalanannya yakni Gapura Bajang Ratu, sebuah gapura yang dibangun pada
abad 14. Dulu digunakan sebagai pintu belakang
kerajaan Majapahit.
Gapura Bajang Ratu terletak di Desa Temon Kecamatan Trowulan Mojokerto. Untuk memasukinya kita harus membayar tiket
sebesar Rp 3000/orang dan mengisi buku tamu.
Berikutnya adalah Candi Tikus sebuah
kolam petirtaan atau pemandian para putri raja pada era Majapahit. Candi ini
terletak di Desa Temon Kecamatan Trowulan Mojokerto.menurut
keterangan disitu Candi Tikus ditemukan
pada abad 14 masehi dan diberi nama Candi Tikus karena saat ditemukan dulu
banyak sekali tikus maklum saat itu berada di bawah tanah.
Setelah satu jam perjalanan
dan berselfie di dua situs tadi akhirnya sampailah kami di objek wista padusan
Pacet. Objek wista ini menyuguhkan wista alam pegunungan karena letaknya di lereng Gunung welirang, adapun
fasilitas disini adalah kolam air panas dan dingin, outbond, air terjun Grenjengan dan Cangu, rafting, camping ground dan penangkaran rusa.
Karena
keluaraga kami penikmat wisata air, maka kesenangan pertama kamipun menuju air
terjun Coban Cangu
Untuk menuju coban Canggu sangat mudah aksesnya karena sudah dapat dilalui oleh mobil dan
jalannnya cukup bagus. Dan antara parkir menuju ke air terjun kita melewati
beberapa anak tangga, jalan setapak dan menyebrangi beberapa aliran air, sekitar
setengah kilo jarak tempuh atau 30 menit waktu perjalanan.
Dari Coban Canggu kami memilih untuk rafting, bergegas menuju operator
rafting disana yakni TOS RAFTING PACET, ada 3 paket disediakan disana dan
karena kami membawa anak-anak maka paket yang dianjurkan adalah WELIRANG TRIP, trip grade 2-3 yang di sediakan
bagi tamu yang menginginkan untuk trial atau hanya sekedar ingin merasakan
jeram kurang lebih 30 jeram, dengan
durasi singkat.
Jeram yang ada masih membuat jantung deg-degan
karena anda akan diajak manuver dengan cepat untuk masuk dan keluar dari jeram
yang ada di sungai kromong dengan lama perjalanan 1 jam dengan jarak 5 km.
Perjalanan rafting kami
semakin seru dan sejuk karena pada saat itu turun hujan, Oh ya rafting disini
kita tidak disediakn dayung bagi penumpangnya karena track jeram sungai kromong
memaksa kita harus tetap berpegang pada tali dan harus kompak untuk menghindari
batu besar dengan cara menggerak-gerakan perahu karet kami tidak terjebak di batu-batu besar.
Setelah letih perjalanan kamipun sampai di sebuah sungai besar di bawah jembatan sebagai penanda finish perjalanan rafting, Nah disana sudah disediakan teh hangat , wedang jahe serta singkong rebus yang dapat kita nikmati sambil berendam di air sungai yang alirannya tidak begitu deras. Dengan masih diringi hujan kamipun kembali ke wisata padusan dengan menggunkan mobil pick up.
Letih dingin terasa sekali
apalagi hujan masih mengguyur lereng gunung welirang. Nah ini saat yang tepat
untuk berendam di air panas di salah satu kolam yang tersedia di objek wista
Padusan, Suhu air disini memang sangat panas jadi dianjurkan setiap 15 menit untuk mengguyurnya di
pancuran air dingin.
Satu jam kami berendam dan
saatnya kembali menuju Surabaya mumpung hari masih sore dan belum gelap tapi
tentunya sebagai penutup kami harus makan durian asli Mojokerto daerah Wonosalam tepatnya.
Di Wonosalam tiap tahunnya menyelenggarakan
festival duren, kita bisa berpesta duren murah dan bahkan gratis disana.
Piknik di Mojopait, eh di Mojokertopun akhirnya kami tutup dengan manis bersamaan
dengan menikmati dua buah durian yang tebal dan manis pula.
Saya tertarik dengan tulisan anda mengenai pariwisata di indonesia
BalasHapusSaya juga mempunyai tulisan yang sejenis yang bisa anda kunjungi di
seputar indonesia